Rasa
pertama: ingin tahu.
Enu?[5] Apa kabar? Sehat? Sudah mandi?
Setelah itu pake make up? Make up-nya? Asa[6]
pakai bedak Viva No. 5? Bagaimana? Semuanya sudah atau sudah semua? Berarti,
enu sudah cantik, kan? Lalu manis,
bukan? Ya…“Mantap Jiwa, kasih moke[7]
bawa ke dapur, bungkus!”
Enu? Hanya ingin tahu…dan intinya, kamu
baik-baik saja! Sehat 4 sehat 5 sempurna, Energen…
Rasa kedua: mulai rasa.
Semenjak kita berkenalan, bertukar
sapa, berbagi rindu, berhujan cinta, berteduh kenyamanan, bernyanyi alunan
puisi, menari-nari dalam panggung senang, tertawa berpeluk senyum, diam memeluk
malam, riang bersama mentari, gerah dalam matahari, lalu, berjalan menembus
tantangan, berteriak dalam gemuruh Guntur, berambisi memeluk mimpi…hingga
bertekad mulia: berhasil dalam cita-cita! Lalu berdoa…Ya…sejak saat itu nana[8]
mulai aneh-aneh, mirip penyakit “kecanduan batu akik”, dan sangat aneh mirip
penyakit “kecanduan HP”, aneh-aneh...lalu mulai rasa, rasa aneh, dan membulat
jadi satu rasa, yaitu rasa suka!
Rasa ketiga: suka!
Enu? Sedikit cerita, biasanya nana Ertus sebelum cebong[9]
di Wae Bobo[10],
cek status facebook, lelo[11]
foto-foto molas Watu Ci’e[12], lalu klik tombol like, bukan subscribe, dan komentar, “Nana
sudah like foto enu, foto enung molas t’ung dan imus[13]
rebok[14],
nana sudah like, 10 juta likers.” Tentu molas
Watu Ci’e klepek-klepek mirip ikan Lele; dia senang dapat like dari pujangga hati, sang eros: dewa
cinta. Setelah itu, dia ke tokoh Baba Bi’[15] beli bedak viva no. 5, lalu
selfie, cekrek..
Enu?
Itu hanya cerita
saja. Sama seperti nana Ertus, nana suka lihat-lihat fotonya enu, curi-curi save, intip-intip akut. Lalu baper
dan suka. Ya…hanya suka! Tanpa comment,
apalagi share ke lain hati.
Nana
suka enu! Sederhana saja…
Rasa keempat: suka-suka.
Enu? Nana mulai suka-suka sembarang, tepatnya aneh-aneh. Suka dengar Enu? punya lagu di youtube, iseng-iseng buat status, curi-curi foto, buka-buka IG,
telpon-telpon sembarang sampai dapat panggilan rahasia, “Maaf pulsa Anda tidak mencukupi, silahkan mengisinya kembali” ah! Bersyukur
hanya pulsa, asalkan jangan panggilan seperti, “Maaf gadis yang Anda suka telah pergi, silahkan meninggalkan pesan
suara atau pilih gadis paslon no urut 3”
Rasa kelima: rasa suka menyatakan “suka”
Enu? Nana sangat menyukai enu
dan mulai siap melamar; tapi sebelumnya nana
ceritakan perjuangan untuk siap lamar enu.
Pertama, nana mulai jual Kopra ke
pasar Borong, terus Nanga Lanang[16], lewat pantai Selatan hingga
tiba di Iteng[17];
Hari Kamis, nana jualan di Iteng. Setelah
itu, jalan ke Utara menuju Ruteng, melewati hujan badai di Golo Lusang[18] hingga tiba di kota
Ruteng. Lalu nana singgah di pasar
impres untuk beli cermin agar bisa berkaca. Setelah itu, jalan-jalan keliling
kota, singgah berdoa di katedral, berdoa lagi di kapel Adoremuste, berdoa lagi di Gua Maria Golo Curu[19], berdoa dan berdoa agar
Tuhan menjodohkan kita…
Setelah berdoa nana mulai berkaca, berakting, bergaya, dan siap meluncur ke rumah enu untuk menyatakan sesuatu. Tapi sebelumnya,
nana potong rambut di salon Madura
dekat Lapangan Motang Rua’[20], beli minyak rambut “Pomade”,
dan numpang mandi di kos Kraeng Ertus, lalu berkaca dan siap bertemu enu… “Demi
Cinta Aku Rela”
Rasa keenam: sadar!
Enu?
Nana mulai
berjalan ke rumah enu, melewati DPRD, terus ke lampu merah, lalu belok kanan
menuju Kumba[21],
melewati Efata, jalan pelan depan STKIP, perlambat…; dekat Gereja Kumba, nana belok kanan, ke arah bandara, lalu
berhenti di depan sebuah rumah mewah berpagar besi 3 meter dan berhias
mobil-mobil mewah. Itu artinya, nana sudah
sampai di rumah enu.
Nana
mulai gugup, takut,
dan cemas. Ingin menekan tombol bel…tapi takut, ingin lagi tapi cemas, mau lagi
tapi gugup.
Enu?
Nana mulai sadar… Nana muka pas-pasan, No cool, orang sederhana, penghasilan
tidak tetap hanya bermodal cinta. Sedangkan enu anak orang segalanya, sepenuhnya, dan semaunya, jauh di atas
segalanya, jauh melebih dunia…melejit…
Maaf
Nana
hanya sampai di
depan pagar…tinggalkan sebuah surat…
Dan menghilang…
Nando, s. Jakarta, 9 April 19, pkl.
00.50.
[1] Reba: pujian kepada seorang laik-laki
yang beparas ganteng; ganteng
[2] Borong:
ibu kota kab.Manggarai Timur-NTT
[3] Molas: pujian kepada seorang perempuan
yang beparas cantik; cantik
[4]Ruteng:
ibu kota kab. Manggarai-NTT
[5] Enu: sapaan secara halus kepada seorang
wanita; saudari
[6] Asa: mungkin; atau; bersifat negasi
[7] Moke: sejenis miras
[8] Nana: sapaan secara halus kepada seorang
pria; saudara
[9] Cebong: mandi
[10]
Wae Bobo: salah satu sungai di Manggarai Timur-NTT
[11] Lelo: lihat
[13] imusI: senyum
[14] Rebok: makanan khas daerah Manggarai
[15]
Baba Bi’: salah satu tokoh di daerah Borong, Manggarai Timur-NTT
[16] Nanga
Lanang: salah satu kampung di Manggarai Timur-NTT
[17]
Iteng: salah satu kampung di Manggarai-NTT
[18]
Golo Lusang: salah satu bukit di Manggarai-NTT
[20]
Lapangan Motang Rua’: nama salah satu lapangan di kota Ruteng yang diambil dari
pahlawan daerah Manggarai.
[21]
Kumba: nama salah satu kampung di kota Ruteng
0 Comments:
Post a Comment